FORUM SUKABUMI – Akuisisi perusahaan keamanan siber Wiz oleh Google kembali menyoroti pengaruh mantan anggota Unit 8200, divisi intelijen siber Israel, di industri teknologi global.
Para pendiri Wiz diketahui merupakan alumni unit elite ini, yang memiliki reputasi dalam pengumpulan data, pengawasan, serta peretasan sistem.
Unit 8200 sendiri kerap dikaitkan dengan pengawasan luas, termasuk tuduhan penyalahgunaan data untuk kepentingan politik di wilayah pendudukan Palestina.
Di sisi lain, keahlian mereka dalam dunia siber telah membuka jalan bagi banyak anggotanya untuk mendirikan perusahaan teknologi yang sukses, terutama di Silicon Valley.
Menurut laporan The Wall Street Journal, status sebagai alumni Unit 8200 kini justru menjadi nilai jual bagi startup asal Israel dalam menarik perhatian investor.
Akuisisi Wiz hanyalah satu dari serangkaian akuisisi besar yang melibatkan perusahaan Israel. Sebelumnya, Dig Security dan Talon CyberSecurity juga dibeli oleh Palo Alto Networks dengan nilai hampir $1 miliar (Rp161 triliun) dalam waktu berdekatan.
Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan pengamat keamanan. Paul Biggar, pendiri Tech for Palestine, menyoroti risiko yang ditimbulkan oleh dominasi mantan personel Unit 8200 dalam perusahaan teknologi AS.
“Mereka memiliki akses ke struktur internal perusahaan teknologi AS. Ini bukan sekadar bisnis, tetapi juga bisa menjadi celah bagi infiltrasi intelijen,” ungkap Biggar.
Seorang peneliti yang mendalami hubungan industri teknologi dengan dunia intelijen juga menegaskan bahwa lebih dari 1.400 mantan anggota Unit 8200 kini bekerja di berbagai perusahaan besar AS.
“Silicon Valley sangat bergantung pada talenta teknologi Israel. Namun, mengingat latar belakang mereka, ini juga bisa menjadi potensi risiko keamanan nasional,” ujarnya.
Kekhawatiran terhadap infiltrasi asing dalam industri teknologi sebenarnya telah menjadi perhatian utama badan intelijen AS. FBI pernah memperingatkan potensi ancaman dari agen-agen tersembunyi di perusahaan teknologi.
“AS terus berbicara soal ancaman China, tetapi jarang membahas Israel, padahal badan intelijen AS menganggapnya sebagai ancaman kontra-intelijen utama setelah China, Rusia, dan Iran,” ujar seorang sumber anonim.
Dalam kasus Wiz, pengamat menilai risiko utama terletak pada akses terhadap data pengguna.
“Cloud computing adalah sektor sensitif. Data bisa saja dikumpulkan atau ditransfer ke pihak lain tanpa terdeteksi,” tambahnya.
Dengan semakin banyaknya mantan anggota Unit 8200 yang menduduki posisi strategis di perusahaan-perusahaan besar, publik pun mulai bertanya: apakah ini hanya soal bisnis, atau ada kepentingan geopolitik yang lebih besar di baliknya?
***