FORUM SUKABUMI – Wakil Bupati Sukabumi, H. Andreas, meresmikan inovasi pengelolaan sampah bernama Tungku Rakyat di Kampung Pasir Nangka, Desa Mekarnangka, Kecamatan Cikidang, Jumat (1/8/2025). Teknologi ini merupakan hasil karya mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Nusa Putra.
Peresmian dilakukan hanya sehari setelah peluncuran Tempat Pengolahan Sampah RDF Cimenteng oleh Pemerintah Kabupaten Sukabumi.
Menurut Wabup Andreas, dua agenda ini menunjukkan bahwa pengelolaan sampah harus menjadi tanggung jawab bersama, bukan hanya satu wilayah atau institusi.
“Setiap bulan, Jawa Barat menghasilkan sekitar 29,5 juta ton sampah, namun yang baru terkelola hanya 10 persen. Ini masalah serius yang harus ditangani dari hulu, bukan hanya di hilir seperti Tempat Pembuangan Akhir (TPA),” tegas Andreas.
Ia menilai, keberadaan Tungku Rakyat dapat menjadi contoh solusi lokal yang aplikatif dan berkelanjutan, terutama di daerah yang belum memiliki fasilitas TPA memadai. Wabup juga menyoroti pentingnya kesadaran masyarakat untuk tidak membuang sampah sembarangan, termasuk ke sungai.
“Jika kita tidak mengelola dari sumbernya, maka beban lingkungan akan terus menumpuk. Ini bukan hanya soal hari ini, tapi warisan untuk anak cucu kita,” ujarnya.
Lebih lanjut, Andreas mengungkapkan bahwa Pemkab Sukabumi tengah menyusun kebijakan pengelolaan sampah terpadu, termasuk pemberian sanksi bagi pelaku usaha wisata seperti hotel dan restoran yang abai dalam pengelolaan sampah.
Ketua KKN Desa Mekarnangka, Nauval Raihan, menyatakan bahwa inisiatif pembangunan Tungku Rakyat didorong oleh minimnya infrastruktur pengelolaan sampah di desa tersebut. Masyarakat selama ini membakar sampah sembarangan, yang berisiko terhadap kesehatan.
Tungku inovatif ini dirancang untuk membakar sampah plastik pada suhu 800 derajat Celsius dan mampu mengurangi volume sampah hingga 90 persen. Teknologi ini juga diklaim menghasilkan polusi yang minimal.
“Struktur tungku terdiri dari dua pintu: satu untuk memasukkan sampah, dan satu lagi untuk mengambil sisa abu. Kami berharap ini menjadi awal lingkungan yang lebih bersih dan sehat,” tutur Nauval.
Partisipasi warga dalam proses pembangunan turut diapresiasi oleh tim KKN. Mereka berharap inovasi ini dapat direplikasi di desa-desa lain sebagai solusi lokal atas masalah global.***